Sunday, July 12, 2015

Perjalanan Hidup Sang Peneliti

Bila gunung di hadapanku tak jua berpindah, Kau berikanku kekuatan untuk medakinya
Kulakukan yang terbaikku, Kau yang selebihnya
Tuhan selalu punya cara membuatku menang pada akhirnya

Bagiku, DIA bekerja jauh lebih dahsyat dari apa yang pernah ku bayangkan.
Bagiku, DIA membuat segala sesuatu yang mustahil mungkin untuk terjadi.
Dan bagiku, DIA lebih mengerti diriku bila dibandingkan dengan aku sendiri.


Coba kau bayangkan, seorang mahasiswi yang meneliti suatu penelitian baru yang dari awal sudah tau sulit untuk dilakukan tapi tetap bisa bertahan memperjuangkan penelitian itu sampai akhir. Hasil penelitian itu sebenarnya masih jauh dari sempurna, bahkan dapat dikatakan sangat sulit bila harus memaksakan untuk maju ke tahap seminar hasil penelitian, sangat sulit. Ketika dosen pembimbimbing mahasiswi itu berkata bahwa masih terlalu banyak yang belum mahasiswi itu lakukan, padahal kenyataannya mahasiswi itu sudah menghabiskan waktu lebih dari setengah tahun berkecimpung di bidang itu. Segala bentuk perhatian, waktu dan dana sudah secara khusus diberikan bagi penelitian itu, bahkan sampai perasaan sakit karena jatuh berkali-kali pun sudah dia rasakan.

Mungkin orang lain tidak melihat kesesakan hati mahasiswi itu karena dia tidak mau membagikan dukanya hanya untuk mempersulit orang lain. Dia memilih untuk masuk kamar, melipat tangan, menutup mata dan bercerita sepuasnya pada Sahabatnya. Sahabat yang selalu ada bersamanya, Sahabat yang tak pernah ketinggalan sedetik pun dari kisah perjalanan mahasiswi ini. Baik di saat penelitian, di penghujung waktu pemasukan sampel di ITB (saat itu waktunya benar-benar mepet tapi ada anugerah luar biasa yang membuat mahasiswi tersebut tetap bisa melakukan penelitian di ITB), di saat internet kosan mati, di saat kecelakaan motor, pada detik-detik pengumpulan draft skripsi (dimana batas kumpulnya jam 9 siang, tapi jam 9 mahasiswi itu masih di tempat fotokopian dan terus berdoa akan mukjizat Tuhan sampai pada akhirnya temannya berkata bahwa batas kumpul draft skripsi diperpanjang sampai jam 3 sore).  Di setiap momen itu Sang Sahabat selalu menyertainya, lewat damai sejahtera dalam hati mahasiswi, lewat sahabat-sahabatnya yang lain, lewat kekasih hatinya, lewat dosen kepala program studi, bahkam lewat mas-mas fotokopi pun Sang Sahabat turut bekerja membantu mahasiswi tersebut.

Sampai pada akhirnya tibalah mahasiswi itu di hari penantiannya. Bulan Juli pada harinya yang ke 7 di tahun 2015 merupakan tanggal istimewa yang dicatat dalam perjalanan hidupnya. Di saat teman-temannya, sesama pejuang tigkat akhir, mengalami masa dag-dig-dug, mahasiswi ini dengan damai sejahtera memasuki ruang sidang. Bahkan ketika keluar dari ruang sidang, ada senyum yang merekah dari wajahnya. Ini bukan karena hebat dan kuatnya tapi karena Sahabatnya lah yang memampukan dia melewati semua ini. Semua ini. Dia tidak merasa khwatir karena bagi dia Tuhan sudah bekerja luar biasa dalam hidupnya dan dia bisa sampai ke tahap itu pun hanya karena Dia.

Ini merupakan sebuah kisah nyata dari seorang mahasiswi yang hampir setiap hari menitikkan air mata, yang begitu rapuh akan terpaan angin dunia. Namun dia selalu percaya kepada Tuhan, karena kitab suci berkata "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan". Dan mahasiswi itu adalah aku. Seorang yang sekarang namanya sudah bertambah panjang menjadi Priscilia Anggraini Marsaulina, S. Farm.

No comments: