Sunday, April 19, 2015

NEGERI DI UJUNG TANDUK


Negeri di Ujung Tanduk karangan penulis Tere Liye merupakan sekuel dari novel Negeri Para Bedebah. Di sini kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tetapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian. Bagi pemeran utama ini merupakan perjalanan yang menegangkan sekaligus menyenangkan menghadapi seluruh bedebah-bedebah serta kemelut yang mengikutinya.

Nah, ada sentuhan yang berbeda dalam novel ini, bukan hanya alurnya yang cenderung dibuat maju, tapi juga bahasannya yang lebih menitikberatkan pada isu politik. Selain itu, di sini semakin terlihat bahwa dibalik sikapnya yang cuek dan  bayang-bayang masa lalu yang terus mengikuti sang pemeran utama, Thomas, merupakan petarung sejati yang sangat mencintai dan menomorsatukan keluarga. 

...sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal: suhu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya. Jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru bisa berubah menjadi intang yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, kita akan tumbuh menjadi seorang yang berkarkter laksana intan. Keras. Kokoh...

Jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk dari semua cerita ini hanya dipisahkan oleh sesuatu yang kecil saja, yaitu kepedulian. Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang.

No comments: